image

image
pas

Minggu, 13 November 2011

About AIDS

AIDS

TINJAUAN 
Sindrom imunodefiensi yang di dapat (AIDS, acquired immunodeficiency syndrome) diartikan sebagai bentuk paling berat dari keadaan sakit terus-menerus yang berkaitan dengan infeksi human immunodefienciency virus (HIV) (human T-cell lymphotropic virus tipe III) dan virus yang berkaitan dengan limfadenompati (LAV; lymphadenopathy associated virus). Manifestasi infeksi HIV berkisar mulai dari kelainan ringan dalam respons imun  tanpa tanda-tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi yang berat yang berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi.pada musim gugur di tahun 1982,the centers for disease control and prevention (CDC) mempublikasikan definisi kasus penyakit AIDS sesudah terdapat 100 kasus  pertama yang di laporkan.sejak itu,CDC  telah merevisi definisi kasus ini sebanyak dua kali(pada tahun 1987 dan 1993)sehingga jumlah kasus –kasus  penyakit AIDS  yang di laporkan semakin meningkat.

Patofisiologi
HIV tergolong kedalam kelompok virus yang di kenal  sebagai retrovirus yang menunjukan, bahwa  materi genetik nya  dalam asam  deoksiribonunukleat (DNA) virion HIV (partikel kasus yang lengkap yang di bungkus oleh selaput pelindung)mengandung RNA  dalam inti berbentuk peluru yang terpancung  dimana p24 merupakan komponen structural yang utama.Tombol (knob) yang menonjol lewat dingding virus terdiri oleh protein gp120 yang terkait pada protein gp41.bagian yang secara selektif berikatan dengan sel- sel CD4-positip(CD4+) adalah gp120 dari HIV.
Sel-sel CD4+ mencakup monosit ,makropag  dan limfositT4 helper(yang di namakan sel-sel CD4+kalau di kaitkan dengan infeksi HIV ) limposit T4 helper ini merupakan  sel yang paling banyak di antara ketiga sel di atas.Sesudah terikat dengan membaran sel T4.HIV akan menginjeksikan dua utas benang RNA yang indentik kedalam sel T4 helper.Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase.HIV akan melakukan pemprograman   ulang dari materi genetik sel T4 yang terinfeksi  untuk membuat double-stranded DNA (DNA utas ganda )DNA ini akan disatukan kedalma nucleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen.
Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium  ini sampai sel yang terinfeksi  di aktifkan.Aktivasi sel yang terinfeksi di aktifkan.aktivasi sel yang terinfeksi  dapat di laksanakan oleh antigen,mitogen,sitigon(TNF alfa atau interleukin 1) atau produk gan virus  seperti sitomegalovirus (CMV;cytomegalovirus),virus Epstain-Barr, pada saat sel T4 yang terinfeksi diaktifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4akn dihancurkan. HIV yang baru di bentuk ini kemudian di lepas ke dalam plasma darah dan menginfeksi sel-sel CD4+ lainnya.
Infeksi monosit dan makrofag tampaknya berlangsung secara persisten dan tidak mengakibatkan kematian sel yang bermakna, tetapi sel-sel ini menjadi reservoir bagi HIV sehingga virus tersebut dapat tersembunyi dari system imun dan terangkut ke seluruh tubuh lewat sistem ini untuk menginfeksi berbagai jaringan tubuh. Sebagian besar jaringan ini , mengaktimengandung molekul CD4+ atau memiliki kemampuan untuk memproduksinya. Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa sesudah infeksi inisial, kurang-lebih 25% dari sel-sel kelenjar limfe akan terinfeksi oleh HIV pula. Replikasi virus akan berlangsung terus sepanjang perjalanan infeksi HIV; tempat primernya adalah jaringan limfoid. Ketika sistem imun terstimulai,replikasi virus akan terjadi dan virus tersebut menyebar ke dalam plasma darah yang ,mengakibatkan  infeksi berikut nya  pada sel sel,CD4+yang lain.penelitian yang lebih muktahir menunjukan bahwa sistem imun  pada infeksi HIV  lebih aktip dari pada  yang di perkirakan sebelum nya  sebagai mana di buktikan oleh produksi sebanyak dua milyar limfositCD4+ per hari.Keseluruhan populasi seel-sel CD4+ perifer akan mengalami “pergantian(turnover)” setiap 15 hari sekali(ho et al, 1995).
Kecepatan produksi HIV diperkirakan berkaitan dengan status kesehatan orang yang terjangkit infeksi tersebut. Jika orang tersebut tidak sedang berperang melawan infeksi yang lain, reproduksi HIV berjalan dengan lambat. Namun, reproduksi HIV tampaknya akan dipercepat kalau penderitanya sedang menghadapi infeksi lain atau kalau sistem imunnya terstimulasi. Keadaan ini dapat menjelaskan periode laten yang diperlihatkan oleh sebagian penderita sesudah terinfeksi HIV.sebagai contoh,seorang pasien mungkin bebas  dari gejal selama berpuluh taun;kendati demikian,sebagian besar orang yang terinfeksi HIV(sampai65%)tetap menmderita penyakit HIV dan AIDS  yang simtommatik dalam waktu 10 tahun  sesudah orangtersebut terinfeksi(pinching,1992)
Dalam respon imun,limpositT4 memainkan beberapa peranan  yang penting ,yaitu:mengeali antigen yang asing,mengaktipkan limposit B  yang mengaktipkan anti bodi, menstimulasi limfosit T sitotoksik, memproduksi limfokin dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi limfosit T4 terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesampatan untuk menginvasi dan menyebabkan sakit yang serius. Infeksi dan malignansi yang timbul sebagai akibat dari gangguan system imun dinamakan infeksi oportunistik.
PENULARAN
Jalur penularan infeksi HIV serupa dengan infeksi hepatitis B. pada homoseksial pria, anal intercourse atau anal manipulation akan meningkatkan kemungkinan  trauma pada mukosa rektum dan selanjutnya memperbesar peluang untuk terkena virus HIV lewat secret tubuh. Peningkatan frekuensi praktik dan hubungan seksual ini dengan partner yang bergantian juga turut menyebarkan penyakit ini. Hubungan heteroseksual dengan orang yang menderita infeksi HIV juga merupakan bentuk penularan yang terus tumbuh secara bermakna.
Penularan melalui pemakai obat bius intravena terjadi lewat kontak langsung darah dengan jarum dan semprit yang terkontaminasi. Meskipun jumlah darah dalam semprit relative kecil, efek kimulatif pemakaian bersama peralatan suntik yang sudah terkontaminasi tersebut akan meningkatkan resiko penularan.

Darah dan produk darah, yang mencakup tranfusi yang diberikan pada penderita hemofilia, dapat menularkan HIV kepada resipien. Namun demikian, resiko yang berkaitan dengan tranfusi kini sudah banyak berkurang sebagai hasil dari pemeriksaan serologi yang secara sukarela diminta sendiri, pemprosesan konsentrat factor pembekuaan dengan pemanasan, dan cara-cara inaktivasi virus yang semakin efektif (Donegan, 1990). Insidens penyakit AIDS pada petugas kesehatan yang terpajan kini sedang dilaksanakan oleh CDC dan kelompok-kelompok lainnya. Virus HIV dapat pula ditularkan in utero dari ibu kepada bayinya dan kemudian melalui air susu ibu.

PENCEGAHAN PENULARAN
Sebelum ditemukan vaksin yang efektif, pencegahan penularan HIV denga cara menghilangkan atau mengurangi perilaku berresiko merupakan tindakan yang sangat penting. Upaya pencegahan primer melalui program pendidikan yang efektif amat penting untuk pengendalian dan pencegahan. Penyakit AIDS hanya ditularkan lewat kontak secara kebetulan. Bukti epidemiologi menunjukan bahwa penyakit AIDS hanya ditularkan melaluio hubungan seksual, pjanan perenteral dengan darah atau produk darah penularan perinatal dari ibu kepada bayi yang dikandungnya. Penelitian terhadap kontak nonseksual pasien AIDS  dalam rumah-tangga di samping kontak nonseksual antar-individu yang umumnya terjadi ditempat kerja tidak memperlihatkan peningkatan resiko penularan AIDS lewat kontak tersebut.
Bagi kepentingan kesehatan masyarakat, CDC dan ikatan Dokter di amerika serikat telah mempublikasikan beberapa rekomendasi untuk mencegah penularan HIV (pedoman 50-1), Pedoman ini berlaku bagi semua petugas kesehatan dalam segala situasi di samping bagi keluarga dan teman penderita yang melaksanakan perawatan di rumah. Pedoman yang berjudul “Universal Blood and Body Fluid Precaution” dimaksudkan untug mencegah pajanan (kontak) parenteral, membran mokosa dan kulit yang tidak utuh dari petugas kesehatan terhadap mikroorganisme patogen dari semua penderita tanpa mempedulikan status HIV mereka. Meskipun HIV pernah diisolasi dari semua tipe cairan tubuh, namun resiko penularan pada petugas kesehatan dari feses, sekret hidung, sputum, keringat, air susu ibu, air mata, urin dan muntahan adalah lebih kecil, kecuali jika cairan tubuh ini mengandung darah yang nyata. CDC menganjurkan agar tindakan kewaspadaan universal diterapkan pada darah; cairan serebrospinal, sinovial, pleural, peritoneal, pericardial, amnion dan vaginal; dan segmen. Dalam keadaan darurat ketika tipe-tipe cairan tersebut sulit dibedakan, semua tubuh harus dianggap berpotensi membahayakan kesehatan.
Sistem isolasi lainnya, yaitu Body Substance Isolation System (Sistem Pengisolasian Substabsi Tubuh), digunakan oleh beberapa lembaga di Amerika Serikat sebagai pilihan alternative untuk Universal Blood and Fluid Precaution (Tindakan penjagaan Universal untuk Darah dan Cairab Tubuh). Sistem ini menawarkan strategi pengisolasian yang lebih luas untuk mengurangi resiko penularan penyakit kepada pasien serta petugas kesehatan, dan membuat petugas kesehatan tidak perlu mengenali jenis cairan tubuh tercantum dalam pedoman 50-2.

MANISFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis penyakit AIDS menyebae luas dan pada dasarnya dapat mengenai setiap sistem organ. Penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dan penyakit AIDS terjadi akibat infeksi,malignansi dan efek langsung HIV pada jaringan tubuh. Pembahasan berikut ini dibatasi pada manifestasi klinis dan akibat infeksi HIV berat yang paling sering ditemukan.         

DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 3, Jakart: Buku Kedokteran EGC, 2001.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar